Bagian pertama
Aku mengenalmu sebagai teman dekat Mbak.
Sering menjumpai namamu dalam rentetan kalimat postingan sosial media Mbak kala
itu. “Han”, begitulah cara Mbak menuliskan namamu. Tak hanya itu, aku juga mengenalmu
lewat organisasi fakultas yang kau ikuti. Dari organisasi inilah aku tahu sosok
yang manakah dirimu. Menemukan satu orang diantara ratusan mahasiswa fakultas
kita tak mudah memang, maka dari itu aku sangat terbantu ketika organisasimu
mengunggah satu foto dengan kau berada di dalamnya.
Kucukupkan sekian mengenalmu lewat dunia
maya. Ternyata di kehidupan nyata tak semudah itu aku menjumpaimu. Kita
seringkali saling melewatkan hingga akhirnya berujung pada satu temu. “Oh ini
orangnya.”, gumamku saat kulihat kau sedang berjalan ke arah yang berlawanan
denganku. Aku menuju arah kantin, sedang kau kebalikannya.
Alhamdulillah. Syukurku kepada
Rabbku karena Ia telah menggenapkan bagian awal kepingan puzzle tentangmu.
Satu
bagian akhirnya selesai.
Bagian kedua
Satu tahun sesudahnya, ternyata
Rabbku ingin aku kembali menelusuri tentangmu. Ialah yang menggerakkanku untuk
meliput banyak prestasi yang kau raih. Dugaku sedari awal kau bukanlah orang sembarangan,
dan ternyata benar. Lewat liputan ini semakin menguatkan bahwa kau bukanlah
orang yang biasa saja.
Di pekan ketiga bulan kelima tahun
2017, untuk pertama kalinya kita saling bertukar sapa. Untuk pertama kalinya
pula aku mengetahui bagaimana caramu berbicara, bagaimana ekspresi wajahmu, dan
bagaimana rupa pemikiranmu lewat pertanyaan yang kusodorkan saat wawancara. Obrolan
kita masih sebatas wawancara, aku belum berani bertanya tentang ini itu
kepadamu. Haha, aku ini siapa, Han. Bertukar nama saja baru 30 menit yang lalu,
mana berani aku menyelam lebih dalam untuk mengetahui keseluruhan tentangmu.
Keping
selanjutnya tergenapi. Bagian kedua akhirnya selesai.
Bagian ketiga
Entah mengapa Rabbku gemar sekali
menjeda kita tiap 365 hari sekali. Dan kali ini Ia menggunakan cara yang
berbeda ketika kembali menautkanku denganmu. Ia kembali menautkan kita lewat
Abi.
Han, katamu tidak ada yang kebetulan
di dunia ini. Semua berdasarkan skenarioNya. Dari awal aku memang ingin
mengenalmu terlepas kau adalah teman satu lingkaran dengan Mbak. Mbak adalah
mbak, dan kau adalah kau. Aku tak ingin mencampurkan keduanya.
Kembali ke skenario. Dalam
skenarioNya, pertama-tama ia meniupkan keberanian kepadaku untuk membalas ‘cerita’
di salah satu akun sosial mediamu.
“Di
Haromain ya mbak?”, sebaris kalimat pembuka dariku.
“Nggih
dek. Lagi di Haromain juga?”
Balasan pesanku kepadamu dan
percakapan-percakapan selanjutnya bak penanda dimulainya pertemanan kita.
SkenarioNya yang selanjutnya adalah
dengan memertemukan kita. Rabbku membayar lunas penantianku selama satu tahun
untuk dapat kembali berbincang denganmu selepas wawancara dulu. Ia membayar
lunas dengan memberikan kita waktu untuk saling bertukar cerita di sebuah kedai
siang hari itu. Bahkan ia menambah waktu dengan memermudahku untuk bertandang
ke rumahmu.
Keping
terakhir tergenapi. Bagian ketiga tentang awal aku mengenalmu tuntas sudah.
**
Han, tahukah kau bahwa Ia
menggerakkanku dengan berbagai cara karena Ia ingin aku menjatuhkan hati padamu.
Rabbku tak pernah salah dalam memilihkanmu untukku. Tak pernah salah. Sekarang
aku benar-benar telah menjatuhkan hati kepadamu, Han. Masih awal memang, tapi
aku tak akan menyerah menjadi pengepul kepingan puzzle yang nantinya akan
membentuk utuh bagian dirimu.
Oh ya, aku tak habis pikir denganmu.
Bagaimana bisa semudah itu kau menjatuhkan hati kepada orang lain? Apalagi
kepadaku yang baru kau kenal. Aku saja butuh waktu untuk menjatuhkan hati, eh lha kok kau malah semudah itu.
“Karena Allah memudahkan hati.”,
jawabmu saat kutodong jawaban lewat sesi telepon kita kemarin malam.
Jawabanmu telah berhasil membuatku
bungkam, Han. Tak pernah kudapati kalimat semanis itu sebelumnya. Rupanya
justru akulah yang harus belajar kalimat semanis itu darimu, bukan sebaliknya
haha.
***
Tulisanku tentangmu
tidak akan berakhir disini. Entah nanti, esok, atau lusa pasti akan kusambung
dengan fragmen cerita lainnya.
Terima kasih sudah memerbolehkanku
mengenalmu bahkan memerbolehkanku menjatuhkan hati padamu.
Terima kasih.
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar