Laman

Rabu, 26 September 2018

Tentang Bagian Aku Mengenalmu


Bagian pertama
Aku mengenalmu sebagai teman dekat Mbak. Sering menjumpai namamu dalam rentetan kalimat postingan sosial media Mbak kala itu. “Han”, begitulah cara Mbak menuliskan namamu. Tak hanya itu, aku juga mengenalmu lewat organisasi fakultas yang kau ikuti. Dari organisasi inilah aku tahu sosok yang manakah dirimu. Menemukan satu orang diantara ratusan mahasiswa fakultas kita tak mudah memang, maka dari itu aku sangat terbantu ketika organisasimu mengunggah satu foto dengan kau berada di dalamnya.

Kucukupkan sekian mengenalmu lewat dunia maya. Ternyata di kehidupan nyata tak semudah itu aku menjumpaimu. Kita seringkali saling melewatkan hingga akhirnya berujung pada satu temu. “Oh ini orangnya.”, gumamku saat kulihat kau sedang berjalan ke arah yang berlawanan denganku. Aku menuju arah kantin, sedang kau kebalikannya.

Alhamdulillah. Syukurku kepada Rabbku karena Ia telah menggenapkan bagian awal kepingan puzzle tentangmu.

Satu bagian akhirnya selesai.

Bagian kedua
Satu tahun sesudahnya, ternyata Rabbku ingin aku kembali menelusuri tentangmu. Ialah yang menggerakkanku untuk meliput banyak prestasi yang kau raih. Dugaku sedari awal kau bukanlah orang sembarangan, dan ternyata benar. Lewat liputan ini semakin menguatkan bahwa kau bukanlah orang yang biasa saja.

Di pekan ketiga bulan kelima tahun 2017, untuk pertama kalinya kita saling bertukar sapa. Untuk pertama kalinya pula aku mengetahui bagaimana caramu berbicara, bagaimana ekspresi wajahmu, dan bagaimana rupa pemikiranmu lewat pertanyaan yang kusodorkan saat wawancara. Obrolan kita masih sebatas wawancara, aku belum berani bertanya tentang ini itu kepadamu. Haha, aku ini siapa, Han. Bertukar nama saja baru 30 menit yang lalu, mana berani aku menyelam lebih dalam untuk mengetahui keseluruhan tentangmu.

Keping selanjutnya tergenapi. Bagian kedua akhirnya selesai.


Bagian ketiga
Entah mengapa Rabbku gemar sekali menjeda kita tiap 365 hari sekali. Dan kali ini Ia menggunakan cara yang berbeda ketika kembali menautkanku denganmu. Ia kembali menautkan kita lewat Abi.    

Han, katamu tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua berdasarkan skenarioNya. Dari awal aku memang ingin mengenalmu terlepas kau adalah teman satu lingkaran dengan Mbak. Mbak adalah mbak, dan kau adalah kau. Aku tak ingin mencampurkan keduanya.

Kembali ke skenario. Dalam skenarioNya, pertama-tama ia meniupkan keberanian kepadaku untuk membalas ‘cerita’ di salah satu akun sosial mediamu.

“Di Haromain ya mbak?”, sebaris kalimat pembuka dariku.
“Nggih dek. Lagi di Haromain juga?”

Balasan pesanku kepadamu dan percakapan-percakapan selanjutnya bak penanda dimulainya pertemanan kita.

SkenarioNya yang selanjutnya adalah dengan memertemukan kita. Rabbku membayar lunas penantianku selama satu tahun untuk dapat kembali berbincang denganmu selepas wawancara dulu. Ia membayar lunas dengan memberikan kita waktu untuk saling bertukar cerita di sebuah kedai siang hari itu. Bahkan ia menambah waktu dengan memermudahku untuk bertandang ke rumahmu.

Keping terakhir tergenapi. Bagian ketiga tentang awal aku mengenalmu tuntas sudah.

**
Han, tahukah kau bahwa Ia menggerakkanku dengan berbagai cara karena Ia ingin aku menjatuhkan hati padamu. Rabbku tak pernah salah dalam memilihkanmu untukku. Tak pernah salah. Sekarang aku benar-benar telah menjatuhkan hati kepadamu, Han. Masih awal memang, tapi aku tak akan menyerah menjadi pengepul kepingan puzzle yang nantinya akan membentuk utuh bagian dirimu.

Oh ya, aku tak habis pikir denganmu. Bagaimana bisa semudah itu kau menjatuhkan hati kepada orang lain? Apalagi kepadaku yang baru kau kenal. Aku saja butuh waktu untuk menjatuhkan hati, eh lha kok kau malah semudah itu.

“Karena Allah memudahkan hati.”, jawabmu saat kutodong jawaban lewat sesi telepon kita kemarin malam.

Jawabanmu telah berhasil membuatku bungkam, Han. Tak pernah kudapati kalimat semanis itu sebelumnya. Rupanya justru akulah yang harus belajar kalimat semanis itu darimu, bukan sebaliknya haha.

***

Tulisanku tentangmu tidak akan berakhir disini. Entah nanti, esok, atau lusa pasti akan kusambung dengan fragmen cerita lainnya.

Terima kasih sudah memerbolehkanku mengenalmu bahkan memerbolehkanku menjatuhkan hati padamu.

Terima kasih.




Salam,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar